Kenangan Masa Kecil (39) Ramadhan (2): Liburan Puasa di Tengah Hutan

0

Ciloteh/ Oce E Satria

👣
Waktu bapak pensiun pada tahun 1980, Polri memberikan (meminjamkan?) jatah tanah seluas 2 hektar di Kabupaten Agam, tepatmya di Desa Bawan, sebuah desa terpelosok dalam kawasan hutan perawan. Bapak dan teman-teman sesama purnawirawan membuka lahan bernama Translok Polri tersebut. Bapak hanya berdua Amak saja meneroka lahan tersebut. Menebangi pohon dan merambah belukar. Sebuah perjuangan yang luar biasa, di masa pensiunnya Bapak, dibantu Amak mengusahakan lahan tersebut jadi lahan pertanian dan perkebunan.
Tak kurang dari 250 pohon kelapa berhasil ditanami. Menunggu kelapa tumbuh dan berbuah, Bapak dan Amak menanami lahan dengan kacang tanah. Sesekali padi ladang. Seingatku nama padinya "elo banja" yang butirnya agak besar dan panjang.
Masing-masing lokasi telah disediakan rumah papan, kira-kira seukuran 4x6 meter. Di situlah Bapak dan Anak tinggal, di tengah ladang. Mungkin ada sekitar 15 orang pensiunan polisi yang mengikuti program Translok Polri tersebut.
Ke sanalah, kami anak-anaknya menghabiskan liburan puasa sebulan penuh.
Untuk menuju ke sana kami harus naik bus Harmonis atau Harmoni dari Padang Luar, melewati Lawang dan Matur hingga meliuk di sepanjang kelok 44, terus ke Maninjau dan berakhir di terminal Lubuk Basung. Sampai? Belum. Masih jauh.
Dati Lubuk Basung kami nyambung angkutan rute Batu Kambing. Waktu itu belum dibangun jalan lintas Lubuk Basung - Kinali yang melewati Bawan. Jadi kami harus ke Batu Kambing. Cukup jauh dan lama dengan kondisi jalan dan mobil yang sama menyedihkan.
Sampai? Belum. Desa Bawan, lokasi Translok masih jauh nun di sana. Kami turun di Batu Kambing. Istirahat dulu, makan. Nah dari sana kami harus jalan kaki berkilo-kilo meter melewati jalan tanah dan buruk. Kalau musim kemarau harus berpanas-panas campur debu, dan kalau musim hujan harus bertarung melewati lumpur dan tanah licin. Bapak biasanya menitipkan sepeda di sebuah kedai kopi di simpang Batu Kambing. Itu adalah sepeda dinas Bapak waktu masih aktif sebagai polisi di Polres Tanah Datar. Sepeda itu jadi alat transportasi le lokasi.
Kadang-kadang aku dan adikku digendong Amak kalau sudah mengeluh capek. Menempuh perjalanan di tengah hutan dan jarang bertemu perkampungan penduduk rasanya seperti berjalan di gurun pasir, tak tahu kapan sampai.
Meski begitu, bagi kami, anak-anak Bapak, liburan dengan melakukan perjalanan berat seperti itu justru menyenangkan. Tiap libur puasa kami selalu minta ke sana.
Setelah melewati rute ekstrem berpuluh kilometer, akhirnya kami sampai di lokasi. Sebuah rumah papan berwarna putih di tengah-tengah ladang dan kebun kelapa.
Karena kami berangkat bulan puasa, apa boleh buat, puasa hari itu terpaksa batal.
Malam, dengan penerangan lampu Stromking (strongkeng) kami berleha-leha di tengah rumah berlantai papan, rumah panggung kikira setengah meter dari tanah. Obat nyamuk merek Butterfly berwarna hijau pekat dibakar, maklum nyamuk di tengah hutan lumayan ramai.
Sambil menyeduh kopi panas kami duduk-duduk melepas lelah usai makan malam. Sebuah radio tape merek Nasional selalu menemani. Kanal yang kami stay tune biasanya siaran BBC London edisi Bahasa Indonesia. Mendengarkan berita-berita dunia dan politik Indonesia. Kalau nggak BBC, kami dengar suaran RRI Padang. Penyiar yang kuingat adalah bang Heranof. Suaranya khas dan berat. Enak didengar.
Meski masih SD, waktu itu aku ikutan menyulut rokok daun nipah punya Bapak. Bapak itu dulu waktu dinas rokoknya Kansas, tapi di lokasi translok, bapak melinting daun nipah. Bapak membiarkan saja kami ikut merokok. 😀.
Meski di tengah hutan, jauh dari keramaian dan selama libur itu aku dan kakak adik ikut bertungkus lumus bekerja di ladang, tapi kurasa momen itu adalah momen terindah.
Kalau pas musim menanam kacang tanah, kami selalu ronda tiap malam. Bapak membuat pondok panggung yang tingginya hampir tiga meter dari tanah. Orang Bawan menamainya Gulang-Gulang. Di situ aku selalu ikut jaga ladang dari hama babi dengan sebuah senter yang sinarnya menerjang jauh ke sudut-sudut ladang. Sesekali kami mendengar lenguhan harimau. Tapi inyiak itu tak menganggu. Ia hanya lewat.
Untung RRI Jakarta tengah malam itu selalu memutar lagu-lagu lawas pengantar tidur yang bagi kami adalah lagu teman begadang. (be continueted)
☕

foto: google img
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Bagaimana kisah Anda?

Bagaimana kisah Anda?

Posting Komentar (0)

Portal StatistikEditor : Oce E Satria

Artikel diterbitkan oleh NostaBlog . Semoga artikel ini bermanfaat. Silakan bagikan ke media sosial Anda atau mengutip dengan menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terimaksih sudah membaca. Simak artikel-artikel menarik lainnya

To Top