Haminsatu Hari Raya Jadul

0


KALAKIAN, pernah di bulan Ramadhan waktu masa masih kanak, saat hari terakhir puasa, saya harus bersitungkin di dapur. Dapat tugas dari amak menungguin kalio rendang sampai kampuh. Sebab Amak masih hendak menggera burung di sawah. Maklumlah, padi sudah bunting, burung sangat pula leca-nya, tidak boleh abai, harus digera sepanjang waktu. Kalau tidak digera, tentu hampar saja di kala panen tiba, habis disadap burung.

Kalau sudah begitu sudah pasti badan Amak lejar karena ini dikakap itu dikerjakan juga. Tapi, selejar2nya badan, yang namanya menanti hari raya lesap saja rasa penat dan kejar. Paling2 berbaring sebentar meluruskan pinggang 

Karena rumah kami adalah rumah papan plus tadir, maka di masa jelang hari raya, kami juga bersiaga memperbaiki rumah, tentu harus berhati-hati memanjat atap supaya tidak terpelecok dan tergeragai jatuh. Dilihat apakah ada atap yang tiris. Mana-mana atap yang terjungkat dari sisipan, kami rapikan, supaya apabila hujan, air tidak terpecak mengenai plafon. Apatah lagi kalau diselingi petus tongga, tentulah membuat cemas. 

Dinding tadir yang dilapisi kertas talang akan diperbarui kertasnya. Ditempel dengan lem tepung kanji yang dibuat dengan air panas. Air dijerang ditungku sampai menggelegak, lalu dicampurkan tepung kanji. Diaduk sampai tepung menjadi kenyal dan lengket. Bila dinding rumah sudah rata dilapisi maka akan nampak interior rumah berseri kembali. Bagai sudah dicat dengan cat merek terkini.

Di tengah suasana bergulut mendekor rumah, bikin kue dan masak rendang, kami tentu memutar radio dua band untuk mendengar ucapan selamat Idulfitri yang diiring alunan takbiran dari radio. Tak peduli suara radio sudah menderus-derus karena baterai lupa dijemur. Pokoknya suasananya heboh sekali.

Kue-kue yang sudah matang keluar dari oven, dimasukkan ke dalam buli-buli, yakni botol yang perutnya besar lehernya kecil dengan tutup dilapisi kertas layang-layang.

Ada juga sirup merah. Namun, jangan diminum kalau tak cocok karena ada riwayat batuk bergeladir.  Sirup itu untuk menanti tamu dan jiran saja.

Di masa hari raya pula, kami bisa bertetirah ke kota, melihat Jam Gadang, makan di restoran Simpang Raya, atau menikmati nasi Kapau. Sementara orang rantau bertetirah ke kampung, kami malah ke kota.

*Dua benda ini adalah cetakan kue jaman dulu yg kami pakai. Masih tersimpan rapi.

1 Syawal 1444. H
Jumat 21 April 2023

Posting Komentar

0Komentar

Bagaimana kisah Anda?

Bagaimana kisah Anda?

Posting Komentar (0)

Portal StatistikEditor : Oce E Satria

Artikel diterbitkan oleh NostaBlog . Semoga artikel ini bermanfaat. Silakan bagikan ke media sosial Anda atau mengutip dengan menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terimaksih sudah membaca. Simak artikel-artikel menarik lainnya

To Top