The Rollies Super Group yang Tahan Banting

0


        
THE Rollies diawali ketika Deddy Sutansyah bertemu dengan Iwan Krisnawan dan Teuku Zulian Iskandar Madian dari grup Delimas serta Delly Djoko Alipin dari group Genta Istana. Deddy mengajak mereka bergabung dalam sebuah grup yang diberi nama The Rollies pada bulan April 1967. 

Orangtua Deddy yang pemilik hotel Niagara menjadi penyandang dana dan menyediakan semua peralatan musik yang diperlukan. 

The Rollies mulai malang melintang di negeri sendiri dengan membawakan lagu-lagu The Beatles, Bee Gees, Hollies, Marbles, Beach Boys, Herman Hermits, juga lagu populer dari Tom Jones dan Englebert Humperdink.

Ketika awal group ini terbentuk, Deddy Sutansyah dan kawan- kawan senantiasa berusaha berinovasi, antara lain dengan mengajak begabung pemusik "sekolahan" Benny Likumahuwa yang mahir membaca not balok dan menulis aransemen. Menambah orkestrasi dalam pertunjukan dan ketika mendampingi grup asal Amerika, No Sweat, di Istora Senayan tahun 1974, mereka menambah aransemen musiknya dengan tabuhan gamelan yang dimainkan anggota Rollies sendiri. Seperti yang mereka lakukan dipesta musik ala woodstock ”Summer 28,1973” di Ragunan Instruktur gamelannya tidak lain Benny Likumahuwa. 

The Rollies semakin kokoh bahkan menjadi band pembuka konser Bee Gees pada tanggal 2 April 1972 di Istora Senayan serta Shocking Blue 23 Juli 1972 di Taman Ria Monas dan group asal Amerika, No Sweat, di Istora Senayan tahun 1974 

Tidak berlebihan bilamana mereka disebut sebagai Chicago van Bandung karena hampir semua lagu populer grup asal Amerika itu mereka ‘babat abis’ di atas panggung seperti lagu--lagu: Saturday in The Park, Just You and Me, Old Days, Wishing You were Here, Harry Truman, Call on Me, di samping lagu-lagu Blood Sweat and Tears antara lain, Spinning Wheel, Hi Di Ho, Juga lagu-lagu grup Yes: Fire Bird, James Brown: It’s A Man’s Man’s World, atau Getsemane dari soundtrack film Jesus Christ Superstar, yang diproduksi tahun 1973 dan diangkat dari drama musikal populer di Broadway. 

Belum lagi mereka berani sepanggung dengan AKA pada. Juli 1972 di Istora Senayan serta Oktober 1973. Di Gelora Pancasila yang menampilan raksasa-raksasa rock saat itu  seperti AKA, God Bless dan The Rollies mereka memang punya percaya diri yang pol untuk tampil sepanggung dengan kugiran cadas sekelas AKA atau God Bless karena mereka punya warna musik sendiri dan penggemar yang fanatik pula.

Penuh Sensasi 

Meski sering cekcok di belakang panggung, jika sudah berhadapan dengan penonton, mereka menjadi sebuah kugiran yang tampil sangat kompak dan hampir selalu tampil dengan pakaian rapi dan modisi. Perancangnya tiada lain adalah Deddy Sutansyah. Mereka juga dikenal royal dan suka melemparkan pakaian yang dikenakan kepada penonton.

Kebesaran nama The Rollies tidak lepas pula dari peran aktifnya Majalah Aktuil membuat pemberitaan tentang pagelaran atau aktifitas mereka setiap hari. Di samping itu seringnya Remy Silado yang karena kekagumannya, selalu membanggakan The Rollies abis-abisan  pada hampir setiap tulisannya di Aktuil.  Pun sensasi yang mereka buat guna untuk mendongkrak popularitasnya seperti berhujan-hujanan di jalan raya, menggunakan narkoba pula hingga mereka berurusan dengan Komdak Metro Jaya sewaktu mereka berada di Jakarta

Ada beberapa lagu berbahasa Inggris yang tambah melambungkan nama The Rollies antara lain : Sign Of Love dan The Love Of A woman bahkan Gone are the Song of Yesterday sampai masuk Top Ten di radio Australia di awal tahun 70’an. Gito bila di pentas sering menyanyikan lagu lagu seperti; It’s a Man’s Man’s World, Sunny, I Feel Good, I Love You More, Sunshine of My Brotherhood, Kansas City dll..

Hamid Gruno, pemandu bakat & Sutradara dari TVRI pernah diskors oleh atasannya gara-gara The Rollies & Freedom yang berambut panjang ditampilkannya di TVRI  pada tahun 1973 dalam  acara Kamera Ria. Di TVRI saat itu Benny Likumahuwa membuka topi dan mengibaskan rambut panjangnya saat diwawancarai Remy Sylado yang sa’at itu pakai seragam hitam dengan rambut panjang diikat ke belakang Sejak saat itu The Rollies selama beberapa tahun tidak pernah ditampilkan lagi di TVRI.

Sebagai seorang musisi, Benny Likumahuwa merasa ruang geraknya kurang begitu leluasa akibat pembatasan-pembatasan formal yang ditetapkan oleh pemerintah. Misalnya tentang rambut, dimana musisi harus menyisir rapi rambut menurut ukuran sepihak untuk bisa muncul di layar TVRI. 

Benny Rollies juga mengatakan dia tahu semua itu dilakukan pemerintah untuk mewujudkan apa yang disebut itu sebagai musik yang berkepribadian nasional. Tetapi dengan terus terang dia mengatakan bahwa musik semacam itu tidak mungkin terkenal di seluruh dunia. Benny-pun sempat mempertanyakan seperti apa sebenarnya musik yang berkepribadian nasional.  

What Goes Up Must Come Down 

Itulah salah satu bait syair dari group brass rock  Blood Sweat & Tears dalam lagu Spinning Wheel yang nyaris pas untuk keberadaan kugiran brass rock dari Bandung ini pada tahu tahun berikutnya. Waktu terus berjalan, tahun-pun  berganti  pula dan  pamor The Rollies mulai memudar karena wafatnya Iwan Krisnawan sang Drummer ditahun 1974 disusul Deddy Stanzah yang didepak dari kugiran kebanggaan kota kombang itu. 

Walaupun menyandang julukan group jazz-rock nomor wahid, tetapi pada akhirnya setelah memasuki era 80’an Rollies-pun mengalami masa stagnasi yang berkepanjangan. Nyaris tidak terlihat usaha mereka untuk menghasilkan lagu-lagu yang baik dan musik yang mereka kerjakan terkesan dibuat tidak seserius sebagaimana menyiapkan diri untuk tampil dalam sebuah pertunjukan.Sementara group musik baru bermunculan seperti Krakatau, Halmahera, dan Karimata dengan kualitas musik yang mengagumkan ternyata tidak menggugah personel Rollies. nampaknya The Rollies-pun mulai letih mereka terkesan terkena penyakit post-power syndrome.
 

The New Rollies

Di masa jayanya, selain memiliki sebuah butik dan peralatan musik, Rollies juga sempat punya sebuah panggung berjalan dengan belasan roadists yang membantu mereka dalam perjalanan pertunjukan tur-nya di sejumlah kota. Semuanya habis begitu saja. Begitu juga penghasilan yang termasuk sangat besar nominalnya yang diperoleh anggota Rollies nyaris tidak berbekas. Benny Likumahuwa yang sekarang sudah bertambah uzur, mengaku rumah yang didiaminya  di bilangan Villa Mutiara  Tangerang Selatan sekarang justru dia peroleh dengan bermain musik jazz.

Gito menyatakan hal yang sama. Apa yang dia peroleh adalah hasil sebagai pemain sinetron dan bersolo karier sebagai penyanyi,  Pria kelahiran Biak, Irian Jaya, 3 November 1946, telah bermetamorfosis sebagai Da’i dan aktif berkeliling Indonesia dari satu tempat ketempat lainnya bersama teman-temannya dari Jema’ah Tabligh yang dengan setianya mengikuti kemana dia berdakwah. Gito sering diminta bertabigh untuk kaum muda dalam usahanya menyadarkan mereka akan bahaya narkoba dengan dirinya sebagai contoh yang kongkrit akan bahaya narkoba. 

Berguguran

Kemudian personil The Rollies awal era 70 an satu persatu meninggal; Iwan Krisnawan pemain drum The Rollies pertama yang meninggal dunia di usia muda pada tahun 1974 menurut Aktuil dia kena OD, lalu Deddy Sutansyah karena hobi lamanya bergelut dengan narkoba membawa petaka baginya , akhirnya ajal menjemputnya pada hari Senin tanggal 23 Januari 2001. Deddy wafat dengan meninggalkan dua orang anak dan isteri yang sangat setia mendampinginya dikala suka dan duka hingga akhir hayatnya. 

Didit Maruto, Utje F Tekol dan Jimmy Manopo  Gabung

Delly Djoko Alipin sang keyboardist yang memiliki lengkingan  suara yang  tiada duanya di negeri ini sempat bersolo karier dengan lima album yang dibuatnya namun kurang begitu laku dimasyarakat karena jenis lagu-lagu Delly itu sangat berat ditelinga pendengar musik awam, lalu Delly-pun menyusul kedua rekannya, karena serangan jantung. Delly meninggal pada tgl 30 Oktober 2002, 

Di akhir hayatnya Delly banyak menyanyikan  lagu lagu religi di TVRI sebelum wafat Delly banyak mendalami masalah agama dan menjadi sangat  religious. Pada beberapa  video clip-nya di TVRI  sering kita lihat Delly menyanyi dengan memakai surban dan jubah putih serta naik kuda bak seperti para wali yang sedang berdakwah . Kemudian Raden Bonnie Nurdaya wafat pada tgl 13 Juli 2003, sang Guitarist yang pada masa hidupnya selalu diasosiasikan sebagai Steve Hackett-nya Indonesia wafat juga setelah beberapa waktu di rawat di Rumah Sakit karena menderita radang lambung kronis 

Lalu  tidak lama kemudian Gito alias Bangun Sugito-pun menyusul keempat rekannya. Gito wafat dengan meninggalkan keluarga yang sholeh dan sakinah. Upacara pemakamannya dihadiri oleh ribuan pelayat dan jemaah tabligh-nya (dimana dihari-hari senjanya Gito begitu aktif dengan jemaah ini dalam bertabligh), kerabat serta penggemarnya, akhirnya  group band besar  itupun hanya tinggal menjadi kenangan bagi para penggemarnya setelah hampir semua pemain aslinya telah meninggal dunia .

Kini The Rollies asli hanya tinggal Benny Likumahua dan Teuku Zulian Iskandar Madian  atau yang lebih dikenal dengan ppanggilan Iis yang masih tersisa., kenangannya bersama The Rollies Bagi Benny merupakan kenangan yang begitu mendalam dan sangat memengaruhi jiwanya setiap kali ada yang bertanya tentang The Rollies, Benny begitu sigap dan antusias menjawabnya walaupun dapat dirasakan betapa keharuan yang mendalam ketika dia bercerita tentang band yang membesarkan namanya serta kenangan akan suka duka bersama para rekan rekannya yang telah mendahuluinya itu. 

Di masa tuanya kini Benny masih bermain musik jazz kadang bersama dengan anak dan teman temannya disamping membaktikan diri pada Tuhannya sebagai seorang Nasrani yang sangat santun dan  ta’at.

NEW ROLLIES 

Utje F Tekol sebagai pencabik bass pengganti Deddy Sutansyah masih bermusik sesekali sebagai bintang tamu di Superkid dan Giant Step di era pertengahan 1970’an dan 1980’an dan telah menghasilkan beberapa album dengan mereka. Jimmy Manopo yang menggantikan Iwan Krisnawan hingga kini masih aktif sebagai session drummer. Begitu juga Didit Maruto masih aktif sebagai session trumpet player. Pomo yang pernah memperkuat The Pro’s ini hanya selintas singgah di Rollies, dia bekerja di Pertamina sudah pensiun dan tidak terdengar lagi khabar kegiatannya.terakhir penulis mendapat kabar bahwa Pomo yang mantan pemain The Pro’s itu telah meninggal.

Catatan:
Personil The Rollies line up 1972 telah meninggal semua termasuk Benny Likumahuwa dan Tengku Zuliana Iskandar Mandian/Iskandar.

Sumber:
Teguh Syahroni Indonesia Tempo Doeloe

Posting Komentar

0Komentar

Bagaimana kisah Anda?

Bagaimana kisah Anda?

Posting Komentar (0)

Portal StatistikEditor : Oce E Satria

Artikel diterbitkan oleh NostaBlog . Semoga artikel ini bermanfaat. Silakan bagikan ke media sosial Anda atau mengutip dengan menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terimaksih sudah membaca. Simak artikel-artikel menarik lainnya

To Top