Kenangan Masa Kecil (35): Tak Berani Nyolong Foto di Album Kenangan

0



Ciloteh/ Oce E Satria

 
Disclaimer:
Gara-gara ribut-ribut partai biru yang konon melibatkan mantan jenderal yang dulu punya jam tangan super mahal itu, aku yang baperan. Biru memaksa ingatanku menguras lagi memori putih-biru. Jadi, monmaap kalo ceritaku ini agak lebay. Lagian jariku gatel aja mau nulis.

👣

BENAR, usia SMP adalah usia pancaroba,  ababil, dan sejenisnya. Masa di mana pikiran dan hati gampang terayun. Belum menemukan konsep diri. Belum bisa memastikan apakah sebuah fakta adalah
"nah ini dia!" dengan "ini bukan gue, bukan!".

Makanya aku sempat naksir beberapa orang cewek di saat bersamaan. Yaa, mau gimana lagi, di sekolahku anak-anak ceweknya memang manis-manis semua.😄. Dan aku suka mereka semua ! 

Maklumlah teman-teman SMP-ku adalah dara-dara yang setiap hari selalu dibalut embun Singgalang dan Marapi. Perempuan yang senantiasa disepoi angin yang berkisar malu-malu sepanjang hari. Gadis-gadis yang dikecup kabut kiriman  yang turun dari sela-sela lembah dan tebing sejoli gunung legenda. Dara-dara yang dibaluri aroma harum tanah yang kesuburannya tak berbanding itu. Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau dustakan?

Seperti pernah kudeskripsikan profil beberapa dari banyak teman SMP. Pesona mereka selalu membuat jantung berdebar,  bersitatap sekilas tanpa sengaja saja sudah bikin aku blingsatan. Apalagi bila disapa, aaiiihhh....bisa-bisa aku akan bersitungkin mencipta bait-bait puisi sambil membayangkan bibir mereka yang merah merekah 'semula jadi' alias natural itu. Ya Allah, mengapa aku kegenitan di usia belia begitu? 🤭.

Kepada merekalah denting asmara kan dialamatkan. Rasanya selalu ingin bersama wajah-wajah dan mata yang memesona itu. 

Tapi manalah mungkin menebar suka jika nurani tak tega meluka.

Bukankah begitu, teman? Ekekekeeee...🤣

Lagian, gimana coba kalau aku misalnya -- ini misalnya, ya --  aku jadian dengan salah satu dari mereka. Tentulah ada hati lain yang tergugu dan merajuk. Aku tak tega. Makanya, sampai aku terima STTB, aku gak pernah punya gebetan. 😛 Lagian aku juga gak pernah tau, ada gak cewek yang naksir aku, selain akunya gak pedean. Sialnya di situ.

Karenanya, puncak dari masa pancaroba itu adalah jalinan pertemanan yang mengabadi. Sampai kini. (halaaaaah..... ngaku aja lo ga berani nembak!🙈🤣)

Persahabatan kami waktu itu memang hangat. Belajar dan bercanda di sekolah. Saling berkunjung di kala lebaran. Jalan bersama-sama, menikmati pesona alam Singgalang dan Marapi. Sembari merancah angan masa nanti. Begitulah adanya.

Ya, kalau musim lebaran, kami pasti sudah punya skedul tetap. Aku dan beberapa teman berlebaran ke rumah teman-teman lain. Memang sih gak semua rumah teman terkunjungi. Waktunya mepet, karena satu rumah bisa berlama-lama. Apalagi rumah teman-teman ada di sejumlah desa, jaraknya berjauhan. Baru berlebaran di dua desa tau-tau sudah magrib. 

Aku dan teman-temanku waktu itu memang pria-pria tak tahu malu. Pokoknya biar modal sekena-kenanya, kami nekat aja datang. Jalan kaki berkilometer. Maklum kebijakan fiskal dan moneter waktu itu belum ada. Jadi gak ada keringanan ambil motor dengan DP 0 persen. Motor masih langka jamanku SMP.

Bemodal dengkul kami berlebaran ke rumah teman. Biasanya sih rumah cewek 😊.Dan khusus di salah satu rumah, Nefa, ritual rutinnya adalah makan bersama. Tuan rumah sudah mafhum, kalau kami yang datang mesti dikasih makan. Kasian jalan kaki sejauh itu. Pasti perut mereka sudah nyetel lagu Sundari Sukotjo. 

Jadi, kami wajib makan di rumah Nefa. Gulai cubadaknya enak. Aku masih sulit melupakan begaimana racikan chef-nya mampu membuat aku menafikan gulai mana pun. Wanita soleha memang pinter masak.

Kalau lebaran model jadul - masa sebelum ada android dan hp berkamera - adalah membolak-balik album foto di rumah orang. Kayaknya album foto adalah menu wajib yang harus dihidangkan di meja tamu di setiap rumah. Sebenarnya album foto selain buat mengenal lebih dekat, juga berfungsi sebagai pamenan penghilang bosan. Memang sih gak bosan liat album foto, meski kontennya itu-itu aja berkali-kali lebaran. 

Masing-masing rumah minimal punya dua tiga album. Tentu setiap album peruntukannya beda-beda. Ada album foto keluarga, album foto acara baralek, album foto sekolah sampai album foto khusus dengan pacar (biasanya foto jalan-jalan ke Ngarai Sianok, Pantai Padang, atau naik gunung). 

Tapi yang nggak habis pikir bagiku, selalu ada beberapa foto yang adegannya sama semua, dipajang. Beberapa orang dalam foto berjejer dan akan ada empat sampai lima foto lagi dengan orang dan gaya yang sama, pakaiannya sama.  Ga ada keunikan masing-masing foto. Paling bedanya hanya sedikit posisi tangan. Lainnya sama, ketawanya, senyumnya, apalagi pakaian dan lokasinya. Padahal satu foto aja cukup. 

Ooo....mungkin lantaran dulu setiap cekrekan Fuji Film sangat berharga ya. Ga pa pa deh meski adegannya sama tetap harus dicuci cetak. Sayang khan film 36 gak kepake semua. 🤣

Nah, kalau foto khusus pacaran biasanya hanya dikeluarkan pas teman-teman sekolah berlebaran ke rumah. Itu semacam memberikan pengumuman kepada khalayak ramai bahwa mereka sudah jadian, dan...sudah pacaran ke Ngarai Sianok! ,😁. 

Kebiasaan yang juga banyak dilakukan tamu zaman itu adalah nyolong satu foto. Hayooo....yeeeekkkkaan?😀 Soalnya aku juga pernah mau nyolong salah satu foto yang manis banget. Tapi lantaran gak berani, niat itu hanya tinggal niat. Susah sekali mendapatkan foto cewek.  Beda ya dengan zaman android, kapan aja bisa di-candid. Atau yang lebih gampang cari dam ambil di FB atau IG dia.

Nah, momen kumpul-kumpul lebaran zaman dulu beda dengan momen kumpul-kumpul zaman android, medsos dan internet sekarang. Zaman dulu karena gak ada hape, di momen kumpul-kumpul memang terjadi komunikasi yang hangat dan intens. Gak kayak sekarang, di mana orang berkumpul dan bertamu tapi masing-masing asyik dengan hape sendiri: meng-apdet status, membalas komen, membalas chat di WA, dan mengintip status WA.  Badan mereka berkumpul, tapi mata dan hati mereka bertebaran jauh kemana-mana.  Jarang yang istiqamah menyimpan dulu hape di saat berkumpul. Pasti karena penasaran dengan komen-komen atas status yang sebelumnya mereka buat. 😂

Tapi yang selalu menarik perhatian setiap melihat album foto di rumah orang adalah, pasti ada satu foto di mana si pemilik album berfoto pakai kacamata hitam sambil nyender ke sebuah mobil sedan. Entah sedan siapa. Foto dengan bergaya seperti itu keren sekali. Dan hampir semua orang pernah bergaya seperti itu.

Sayangnya aku sampai sekarang belum juga kesampaian punya pose kayak gitu: berkacamata hitam sambil nyender di depan sedan. Hanya itu satu obsesiku yang belum kesampaian. Sampai kini.  Mudah-mudahan suatu saat obsesi ini bisa terkabul. Pakai kaca hitam, kaki diteluk ke bamper sedan, tangan masuk kantong celana, kepala sedikit mendongak angkuh. Kecreeek...!!!. . Pasti gaya sekali.....!


Posting Komentar

0Komentar

Bagaimana kisah Anda?

Bagaimana kisah Anda?

Posting Komentar (0)

Portal StatistikEditor : Oce E Satria

Artikel diterbitkan oleh NostaBlog . Semoga artikel ini bermanfaat. Silakan bagikan ke media sosial Anda atau mengutip dengan menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terimaksih sudah membaca. Simak artikel-artikel menarik lainnya

To Top