Diary/ Oce E Satria
GAYA adalah tarikan atau dorongan yang menyebabkan perubahan terhadap sebuah benda terhadap benda lain. Pengaruh gaya pada benda antara lain:
1. Menyebabkan perubahan kecepatan gerak benda.
2. Menyebabkan benda diam menjadi bergerak dan sebaliknya.
3. Mengubah arah gerak benda.
4. Mengubah bentuk suatu benda.
Gaya memang mampu mempertebal rasa percaya diri dan mengubah persepsi orang. Karena itu kalau ingin tampil gaya harus ada percepatan penampilan. Tapi kata orang, kalau kebanyakan gaya kita bisa tertekan (batin).

Tahun-tahun 80an anak-anak muda juga terintimidasi oleh pengaruh mode. Termasuk aku. Selalu kuat desakan untul up to date dengan kemajuan zaman. Namun, kantong orangtua tak cukup fleksibel untuk menerjemahkan obsesi anaknya.
Bayangkan, betapa memelasnya hati melihat anak-anak lain bisa gaya dengan t-shirt Hammer, CF atau celana merek Tira (yang produksi Tiga Raksa itu). Alangkah gayanya kaki dibungkus sendal bertali merek Neckerman kulit atau sepatu putih Ferradini. Atau sendal kulit super berat merek Apache, Indian. Zaman SMA lalu ada kemeja flanel ala cowboy Amerika abad 18.
Obsesi itu dihasut oleh bacaan. Terutama karena keseringan melahap majalah Hai. Majalah remaja pria asuhan Arswendo Atmowiloto itu menjadi kliblat anak-anak cowok 80an. Sementara anak perempuan membaca majalah Gadis. Di kedua majalah ini, mode diekspos saban terbit. Aku melihat iklan t-shirt CF yang memikat dan ingin memakainya.
Gara-gara ingin memakai kaos Country Fiesta warna hitam yang selalu terkilan-kilan di mata, aku berusaha keras nyari duit sendiri. Mencari dan mengumpullan pasir kali di Lurah Aie Kalek di Lubuak Hantu. Pulang sekolah berdua kakakku (alm) aku bersitungkin mengeruk dasar kali, meraup pasir, mengumpulkannya dan membawa ke pinggir jalan. Kami juga mengumpulkan batu-batu kali yang untuk coran pondasi. Demi mewujudkan obsesi beli t-shirt CF, aku gak peduli tangan dan jari pucat pasi terkelupas.
Setelah bertungkus lumus selama dua minggu, akhirnya aku bisa pegang duit. Hari Minggu aku langsir ke Pasar Atas Bukittinggi. Memutari deretan toko pakaian. Akhirnya di salah satu toko aku sukses mendapatkan sebuah t-shirt CF hitam. Aku gak terlalu tahu, itu CF ori atau KW9. Persetanlah. Yang penting CF.
Memakainya, aku merasa tingkat ketampananku bergeser naik 80 persen. Mayanlah. Aku akan lebih percaya diri datang di kegiatan ekskul. Dan gadis manis yang tatapannya selalu membius itu pasti akan terkagum-kagum melihat seorang pria berjeans belel, t-shirt CF, dan rambut ikal semrawut, melangkah di kejauhan.
Sebenarnya sepenting apakah gaya trendi di mata para gadis? Apakah bagi seorang gadis penampilan pria menjadi syarat wajib untuk disukai? Aku gak tahu. Aku gak bisa meneroka isi kepala mereka. Namun, aku percaya, pintar saja tidak cukup. Perempuan butuh prianya yang agak modis.
Sayangnya saat t-shirt itu kupakai ke sekolah, kenyataan tak sesuai ekspektasiku. Aku tak mendapatkan tatapan kagum dari mata mereka. Juga dari si manis yang selalu menganggu pikiran itu. Tatapannya biasa-biasa saja. Sama seperti nan taralah.
Akhirnya aku menyimpulkan bahwa kegagalan mendapatkan apresiasi itu lantaran akunya yang gak maksimal. Satu t-shirt saja tak cukup untuk membuat perempuan naksir kamu. Perempuan butuh kesempurnaan.
Harusnya aku tampil lebih modis dengan sapatagak pakaian bermerek. Kaos CF, celana Levi's, sepatu Ferradini, rambut dibaluri Brylcream, tangan dan kaki diolesi embodi (hand and body lotion) Citra. Dan jangan lupa emut permen Pagoda Pastiles, agar bau angap bisa dinetralisir. Setelah itu melangkahlah dengan percaya diri.
Lantaran mustahil menyempurnakan diri dengan berbagai tetek bengek kekuatan artifisial demikian, akhirnya yang lebih realistis adalah, tampil dengan apa adanya. Kalau ke sekolah celana yang pendek itu harus dilipat ke dalam agar lebih pendek. Kalau bisa sampai ke pangkal paha. Memperlihatkan paha pada era 80an adalah cara agar terlihat lebih 'laki'.
Tak cukup dengan melipat celana, lengan baju juga digulung kecil-kecil dengan tingkat kemiringan tertentu. Lalu, kancing baju bagian atas dilepas. Dua biji. Gaya sangat preman itu diyakini lebih mampu menarik perhatian cewek-cewek di sekolah. Meski harus main kucing-kucingan dengan guru.
Mati-matian bergaya ternyata tak serta merta membuat perempuan menyerahkan cintanya padamu. Kamu tak cukup hanya mengandalkan mode. Seabrek-abrek pakaian bermerek yang kamu pakai pun tak otomatis kamu bisa menaklukan hati perempuan. Ada hal yang lebih esensial yang diinginkan perempuan yakni sikap dan personality. Hal ini kuketahui setelah membaca banyak majalah Psikologi Populer Anda di rumah Ferixs.
Dan satu hal yang sangat krusial dan signifikan: keberanian.
Percuma banyak gaya kalau kamu gak berani nembak. Sampai kiamat angan-angan hanya akan jadi monumen dan cerita bulshit di lembar-lembar diary.
Bukankah harusnya aku berkata kepadanya, "XYWZ, bolehkah aku menulis namamu di setiap baris akhir puisi-puisiku? Selamanya?"
Man Jadda wajada saja tak cukup, coy. Kamu perlu eksekusi.
Dan itu yang aku gak punya.

"Kita harus berarti untuk diri kita sendiri dulu sebelum kita menjadi orang yang berharga bagi orang lain." - Ralph Waldo Emerson

Bagaimana kisah Anda?
Bagaimana kisah Anda?