Ciloteh/ Oce E Satria
👣
"Dunia ini panggung
sandiwara...
Ceritanya....mudah berubah.
Setiap kita dapat satu peranan,
yang harus kita mainkan.
Ada peran wajar, ada peran
berpura-pura.
Peran yang kocak bikin kita
terbahak-bahak,
Peran bercinta bikin orang mabuk
kepayang....
Perawakannya tinggi. Sepintas terlihat kurus. Tapi kalau diperhatikan secara seksama dan dalam tempo yang sesempat-sempatnya, maka ponten lapan sengah bolehlah dialamatkan untuk body-nya yang aduhai itu. Siapa pun akan terpesona.
Pinggulnya bagus berisi, pahanya padat. Kalau melangkah, apalagi berlari, maka akan terlihat kolaborasi otot dan performa keseluruhan body-nya yang menawan dan sensual.
Jangan coba-coba menyentuh pinggulnya. Antum bisa terjengkang ditendangnya, patah dan bisa-bisa mendekam diopname berbulan-bulan di Barulak, tempat urut patah tulang lejen di Sumbar. Jadi, cukup nikmati saja keelokannya dari jarak aman.
Aku tidak tahu dia keturunan mana. Kalau Eropa gak mungkin karena kulitnya coklat. Ada yang bilang ia keturunan Afrika. Tapi kurang gelap. Maka, paling banter menurut taksiranku ia turunan Bima, NTB. Atau setidak-tidaknya lokal sini-sini juga.
Pagi tadi saat lewat ke pincuran, aku melihat dia dimandikan. Tubuhnya berkilat-kilat memikat.
Hmmmm..... pagi-pagi sudah mandi.
Namanya Jetstar. Kuda pacuan yang cukup merajai berbagai gelanggang pacu di Sumatera Barat, mulai dari Bancah Laweh di Padang Panjang, Bukik Gombak di Batu Sangka, sampai Bukik Ambacang di Bukiktinggi.
Seniornya, Middle Sun sudah lebih dulu menjadi kuda pesohor di arena pacuan. Ranch-nya tak jauh dari rumahku di Kapalo Koto Aie Angek.
Tapi aku gak akan cerita soal kuda-kuda itu. Itu cuma sekadar ngasih tahu kalau kuda Jetstar dan Middle Sun yang terkenal itu ada di kampungku.
Aku akan cerita tentang teman sekolahku saja.
Semalam Ferixs curhat. Dia terus terang menyukai salah seorang teman sekelas kami. Aku agak kaget. Waahh, bisa kasmaran juga anak ini.
Parasnya ganteng dengan kulit sawo matang tua dengan kumis tipis-tipis. Gagah. Sekilas pembawaannya serius. Makanya aku heran juga, kenapa perempuan itu mampu melumerkan hatinya.
Sapaannya Feri. Tapi aku menuliskannya 'Ferixs' di diaryku. Pandai-pandaiku saja.
Rumahnya adalah tempat aku dan teman-teman lain nongkrong. Sering tidur dan belajar di sana.
Karena mamaknya pemilik Toko Buku Sofyan Padang Panjang, tak heran di rumahnya bejibun buku dan majalah bekas. Di sini literasiku terakomodasi. Aku bisa membaca banyak majalah, Kartini, Femina, Gadis, Anita Cermerlang, Zaman, Tiara, Majalah Psikologi Populer 'Anda', HAI, dan banyak lagi. Tentu saja yang selalu kubaca adalah Haluan Edisi Minggu, karena ada halaman sastranya. Aku suka baca cerpen dan esay sastra di sana, apalagi tulisan wartawan dan penyair Rusli Marzuki Saria, yang menggawangi halaman sastra Haluan, terutama itu, 'Monolog dalam Renungan'. Aku suka baca tulisan Dasril Ahmad, Boy Yendra Tamin, Bustami Narda, Gustf Sakai, dan banyak lagi. Semua kulahap. Kadang aku nggak ngerti memahami esai polemik sastra, karena otakku kapasitas SMP, namun demikian aku selalu menikmatinya. Lucu juga. Tapi dari sanalah aku agak paham peta sastra Sumatera Barat.
.......
"Den suko caliaknyo," begitu kata Ferixs tentang cewek incarannya, si Bando Putih itu, suatu malam, saat aku, Ondra, dan dia selesai belajar, menjelang tidur.
Kalimat singkat itu sudah cukup mewakili keseluruhan portofolio si Bando Putih, dan alasan ketertarikannya pada cewek manis berkaca mata dan berkulit sawo matang itu. Tak perlu lagi dikulik sebab musabab kenapa hatinya terjerumus jatuh pada si Bando Putih.
"Kalau dapek dek ang, santiang mah!" ledek Ondra, yang juga ahli soal ini. Ondra tampaknya kurang yakin Ferixs mampu menaklukkan si Bando Putih. Ondra ini sepertinya satu-satunya temanku yang sukses punya gebetan teman sekelasnya. Dia punya kisah tersendiri.
Ferixs nyengir saja diledek. Ia tipikal orang yang tak peduli penilaian orang. Kalau dia yakin pada sesuatu biasanya ia fokus. Itu yang kutahu tentang si pengoleksi kaset-kaset Iwan Fals dan barat ini.
Besoknya di sekolah, aku mengamati dua orang ini. Ferixs dan si Bando Putih. Aku ingin memastikan apakah sebelum Ferixs membuat pengakuan semalam, jauh hari sebelumnya sudah ada kontak telepati antara keduanya? Misalnya saling lirik-lirikan atau semacamnya. Sebelum aku tahu masalah ini tentu aku nggak ngeh ada yang "aneh" di antara mereka. Hari ini setelah Ferixs ngaku, mungkin besok-besok gejalanya makin jelas.
Ternyata betul. Ferixs terlihat grogi jika bertemu si Bando Putih. Ha ha ha... dia pasti keringatan. Mau nembak langsung, malu. Mau dibiarkan, pajatu hilir mudik saja menebar pesona. Kawan ini jadi kalimpasiangan. Sama kayak aku: karena penakut. 🤣
Sebaliknya si Bando Putih kulihat cuek bebek aja. Dia asyik dengan teman-temannya bergerombol ngemil. Onjak-onjak-i saja kayak kacang diabus satu. Tak terlihat indikasi kalau dirinya sudah jadi target panah asmara kawanku. Seakan dia tak merasakan dahaga asmara yang terlunta-lunta tengah menyiksa hati seorang pria baik hati. Kejamnya dikau!
Alamak! Apa akal lagi?
Seperti sudah kubilang, Ferixs ini anak yang serius. Dan selalu ingin mengerjakan segala sesuatunya sendiri tanpa mau dibantu. Jadi, dia gak bakal mau dicomblangi, atau dibantu bikin surat cinta. Soal nulis, Ferixs juga jago nulis, ia suka nulis puisi. Jadi urusan puisi cinta dia sudah khatam. Boleh jadi dia memilih nembak lewat surat atau kirim puisi. Diam-diam. Hayooo ngaku!
Tapi kalau mengharapkan dia berani nembak langsung si Bando Putih, tak makan juga taksiranku. Tak berbaun tunjuk saya!.
Itu saja yang kuingat tentang dua orang ini.
Sampai sekarang aku gak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara dua insan ini. Apakah sebenarnya mereka jadian, tapi pintar menyembunyikan dari publik? Tapi masa sih mereka gak ingin netizen waktu itu tahu? Padahal indahnya romansa masa sekolah itu adalah, percintaan kita jadi viral diseanteto sekolah. Entahlah, mereka mungkin belagak gak ada kejadian.
Namun, tentang apa yang sesunguhnya terjadi baru terkuak setelah puluhan tahun kemudian, belum lama ini. Aku baru tahu kalau Ferixs ternyata juga pernah menempuh cara yang sama denganku, menitip surat di laci meja! Setidaknya aku menafsirkan dari pernyataannya baru-baru ini. Benarkah?
Ah. Kalau begitu aku wajib konfirmasi kepada pihak kedua. Aku harus mewawancarainya, apakah ia pernah menerima semacam surat di laci meja, atau setidak-tidaknya selembar kertas berisi puisi cinta dari seseorang?
Atau pernahkah seorang pria meminjam sebuah buku padanya, lalu saat dikembalikan terselip sebuah lipatan kecil berisi kata-kata mutiara? Ahh...
Entahlah.
☕
#romantikaSMP
Kisah Berikutnya: Kenangan Masa Kecil (19): Kisah Si Ratu Jimat
Kisah Sebelumnya : Kenangan Masa Kecil (17) Senyumnya Menawar Gerah Siang yang Melecut.
Bagaimana kisah Anda?
Bagaimana kisah Anda?