Kenangan Masa Kecil (16): Diam-Diam Minjam Nick Carter

4 minute read
0

 


Ciloteh/ Oce E Satria

👣

Ketika kini memiliki anak gadis usia sekolahan, aku ternyata super protektif. Mungkin cenderung kolot dan gak asik. Banyak ketakutan ketika si gadis sudah keluar rumah, meskipun itu ke sekolah. Takut dengan pergaulannya, takut dengan keamanannya, takut dengan invansi yang datang dari dunia antah berantah. Dunia maya itu.

Padahal, bapaknya dulu lumayan badung juga. Harusnya sekarang lebih akomodatif dong. Gak boleh larang ini larang itu. Jangan terlalu khawatir. Tapi ternyata gak bisa. Tetap aja takut.

Entahlah, kalau dicap kolot ya apa boleh baut. Tapi beberapa temanku yang terbilang mantan preman dan kenakalan masa remajanya ancur-ancuran, ternyata juga memiliki sikap yang sama ketika sudah punya anak. Mau anak cowok atau cewek sama saja. Mereka protektif.  Kenapa begitu ya? 

Dulu waktu SMP aja sudah mulai merokok. Bukan di luar jam sekolahan, tapi di sekolahan. Kami punya tempat khusus merokok di semak-semak belakang sekolah, di balik rumpun bambu tak jauh dari lapangan volley. Bahkan kadang-kadang sok-sok an berani, kami merokok ke sebuah warung yang ada di pertigaan Kotolaweh -Pandaisikek-Kotobaru. Namanya Simpang Gajah. Letaknya arah ke Kotolaweh dari sekolahan. Di situ kami nongkrong sebatang dua batang rokok. Djarum Super. Tentu saja momennya saat cabut dari jam pelajaran, atau ketika jam kosong karena guru gak datang.

Di usia-usia awal akil balig itu kami juga sudah doyan mendatangi acara-acara panggung musik, sandiwara atau pentas terbuka. Malam-malam. Sekalian menggoda cewek. Rame-rame sih.  

Memang sih benang merah masa SMPku kayaknya tak jauh-jauh dari cerita soal cewek dan malala. Pacaran? Enggak juga. Tapi mungkin lebih kepada senang hilir mudik, ngalor ngidul, jalan rame-rame dengan beberapa teman lalu ngajak beberapa teman cewek. Biasanya pas momen libur lebaran. Kalau alang hari jalan ke tower TVRI atau ke area wisata yang ada di kampung kami.

Meski badung, aku masih rajin menulis. Setidaknya aku punya buku diary yang kuapdet tiap hari. Menjelang tidur semua aktivitas dari bangun pagi sampai malam kucatat. Kalau sekarang mungkin semacam Facebukiyah. 

Tahun baru, waktu itu biasanya dihabiskan dengan mendaki gunung. Old & New di puncak gunung. Aku dan Ondra pernah berdua saja mendaki Marapi. Jangan tanya izin ortu, gak ada. Kami berangkat diam-diam. Namanya tahun baru, gak perlu takut karena ada ribuan pendaki. Kami berdua merangsek di antara pendaki mulai jam delapan malam dari jalur Koto Baru. Di sepanjang jalur yang kami lewati bejibun para pendaki. Ada yang pacaran, ada yang berkelompok. Untungnya selama pendakian kami banyak dibantu para pendaki lain, baik camilan maupun dibantu naik pada jalur-jalur sulit. Mungkin karena melihat kami bocah-bocah ingusan, para pendaki yang kebanyakan mahasiswa dan orang dewasa itu dengan senang hati membantu. 

Menjelang azan subuh kami sampai di puncak. Menikmati padang pasir yang cukup luas di atas. Melongok kaldera yang berasap. Ritual wajibnya adalah menaiki gundukan yang lebih tinggi yang terdapat di puncak. Namanya Puncak Merpati (Merapi Paling Tinggi). Puas menikmati puncak,  dan kehangatan matahari,  kami turun melalui ladang-ladang edelweis.

Tapi ternyata peristiwa naik gunung tahun baru waktu itu, berujung kesialan juga. Salah seorang temanku, ketahuan bawa cewek naik gunung. Mereka berdua naik Gunung Singgalang. Sial, di puncak, di sekitar Telaga Dewi keduanya kepergok salah seorang guru yang kebetulan malam itu juga mendaki Singgalang. Tak pelak, Seninnya, dia disetrap. 

Termasuk ceweknya. Ha ha. Tapi menurutku mereka di gunung juga ga berbuat yang enggak-enggak. Karena aku tahu ceweknya anak baik dan termasuk aktivis OSIS. Apalagi karena semua orang sudah paham, tabu berbuat tak senonoh di gunung. Risikonya bisa dibayar kontan. 

Kalau sekarang aku was-was dengan apa yang dibaca si gadis, dulu pun aku suka mencari bacaan aneh-aneh. Hanya pengen tahu aja. Apalagi waktu itu lumayan rame cerita-cerita tentang novel si agen rahasia, Nick Carter.

Anehnya, aku sendiri blingsatan melihat nakdis baca novel-novel Korea. Dia benar-benar maniak korea, musiknya, gambar-gambar artis korea di buku dan handphonenya. Ia penggila BTS, blackpink, atau entah apalagi. Ia menonton obrolan-obrolan talkshow artis korea. Aku pernah protes dia, dan menyarankan jangan hanya maniak korea, dengar juga artis Indonesia, atau barat. Dia nurut? Enggak. 

Pernah saking kesalnya, aku pernah menghapus filenya di komputer. Wah, isinya penuh korea, film, lagu, gambar. Gilak! 

Suatu kali pas terima rapor aku sempat minta bantuan wali kelasnya untuk "meluruskan" nakdis ini. Setidaknya jangan sampai maniak. Biasa-biasa aja. Kubilang, orang-orang penyuka korea itu gak asik, bisa berisiko terjebak pengkultusan, hingga sampai soal kekhawatiran pada orientasi seksual. Semua kupaparkan di depan bu guru itu (tentu saja setelah aku bersitungkin membaca banyak referensi soal Korea di gugel.😀)

Bu gurunya (usianya kikira 28an) mengangguk-angguk, dan janji akan membantu.

Tapi belakangan aku baru tahu. Ternyata bu guru ini juga seorang maniak korea juga. Uuuupsss...sudah!

Hal itu ia akui ketika si bunda ngobrol dengan si bu guru. Ia mengaku waktu kuliah maniak korea banget, sama persis kayak nakdis kami. Sekarang nggak lagi, tapi masih menyukai. 

Yawdah, akhirnya aku mengalah. Silakan nikmati korea-korea itu. Asal tetap serius belajar dan perluas spektrum bacaan, juga musik.

Padahal dulu waktu SMP aku pernah mati-matian nyari pinjaman Nick Carter dan membacanya diam-diam.🙈


📷 diary 1987

Kisah Berikutnya: Kenangan Masa Kecil (17) Senyumnya Menawar Gerah Siang yang Melecut.

 Kisah Sebelumnya: Kenangan Masa Kecil (15): Kisah Kasih(an) di Sekolah


Hubungan asmara itu seperti kaca. Terkadang lebih baik meninggalkannya dalam keadaan pecah. Daripada menyakiti dirimu dengan cara menyatukan mereka kembali - D.Love

Portal StatistikEditor : Oce E Satria

Artikel diterbitkan oleh NostaBlog . Semoga artikel ini bermanfaat. Silakan bagikan ke media sosial Anda atau mengutip dengan menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terimaksih sudah membaca. Simak artikel-artikel menarik lainnya

Posting Komentar

0Komentar

Bagaimana kisah Anda?

Bagaimana kisah Anda?

Posting Komentar (0)
To Top