OWOJ: Reuni Berujung Surga

0



Oleh: Oce E Satria

REUNI alumni sekolahan mudharat? Tunggu dulu. Beberapa reuni dan lanjutannya di grup-grup WhatsApp mungkin saja demikian. Pesona masa lalu itu begitu menggoda, dan lalu menguntit sepanjang hari. 

Semangat menggelar ajang kumpul-kumpul bersama setelah dalam rentang waktu yang cukup panjang tak pernah berjumpa. Dipisahkan jarak yang berada di berbagai titik. Maka keterpisahan itu hanya bisa diobati dengan perjumpaan alias reuni, kemudian berlanjut dalam reuni di dunia maya lewat grup-grup WhasApp. Perjumpaan di alam nyata atau maya menjadi momen yang ditunggu-tunggu. 

Reuni lalu tak sekadar ajang melepas rasa rindu masa lalu. Pada beberapa kasus, reuni justru berubah jadi ajang pamer, pekerjaan, kekayaan dan keluarga. 

Lewat reuni pula, banyak orang memanfaatkannya sebagai cara lain memperbarui citra diri.

Sadar atau tidak, sebagain orang justru tergelincir alaias lupa diri, mereka mengeksplore sejadi-jadinya kondisi kekinian mereka menjadi citra yang palsu. Mencoba tampil prima, memoles diri agar kelihatan tetap muda dan segar. 

Barangkali hal-hal seperti itulah mudharat reuni dapat kita raba dan rasakan.

Tapi banyak WAG reuni dewasa ini tak hanya sekadar "lapak" tempat gobrol dan berhahahihi saja. 

WAG reuni SMP angkatan kami, memiliki warna baru. Bermula dari reuni SMP. Lalu kami makin dalam tenggelam dalam kegiatan tadarus. Mengkhatamkan Qur'an. Hal yang tak pernah saya bayangkan bisa saya lakukan. Ya, saya memang termasuk muslim yang biasa-biasa saja. Jarang menyentuh mushaf. Reuni akhirnya membawa saya instens tadarus.

Setelah sukses menggelar Reuni tatap muka Juni 2018 lalu, Gustinefa, pentolan grup ini mengajak anak-anak KL 88 - begitu kami menamai kelompok alumni angkatan kami - untuk tilawah Qur'an bersama di lini masa WA. 

Pertama saya agak ogah-ogahan, lantaran saya pikir berat juga menyelesaikan satu juz sepekan. 

Karena saya memang bukan tipikal pria sholeh, agak badung, jarang ngaji, meski sholat 5 waktu gak pernah bolong (pameeer... ).

Tapi akhirnya saya mau ikutan. Istri saya senang. Ia paling bawel nyuruh saya ngaji, tapi saya selalu malas, ngaji seayat dua ayat trus sadaqallaahul adziim. Begitu sejak dulu. 

Akhirnya saya coba ikut. Sebisanya. Sekenanya. 

Periodik per pekan akhirnya disepakati untuk menamatkan 30 juz secara tanggung renteng atau biasa dikenal One Week One Juz. 

"Mudah-mudahan dengan program tilawah OWOJ ini dapat meningkatkan kecintaan kita pada Al Qur'an," ujar Nefa. 

Kegiatan baru dan "aneh" ini langsung disambut hangat alumni. Mereka rebutan memilih juz untuk ditilawahi. 

Rekor tercepat dicatat Lisa Handayani yang langsung kholas (tamat tilawah 1 juz). teh Lisa, begitu ia diakrabi, menyelesaikan juz 7 pada 16 Juli pukul 16.34 WIB. Teman kami yang lain, Masril juga terbilang cepat.

"Kalau dah mulai, susah brenti," kata Masril menanggapi keseriusan sesama alumni. 

"Ulang-ulang ngaji, biar lancar," ucap Nelvia Yuneva, meski dia gak ikut di OWOJ. 

Penamat tercepat lainnya disusul Nazwar yang kholas pada hari yang sama pukul 22.06 WIB, malam. 

Sepanjang sepekan tilawah yang dilakukan anggota WAG sesuai juz yang dipilih, lini masa WAG KL 88 dihiasi laporan kholas silih berganti dari peserta OWOJ. 

Lapak WA alumni KL 88 pun kini makin berwarna-warni, sekarang ada warna sejuk dan wangi surga di sini. Teman-teman sama bersemangatnya. Ada Pipit, Riza, Fira, Zaini, Rizal, Venny, Alfiben, Eliza, Andes, Rosnini, Yurdaningsih, Asril, Emi, Ras, Hedrianto dan lainnya.

Awalnya memang agak lama menuntaskan satu juz, tapi lama-lama asyik-asyik aja. Setiap pekan kami ditugaskan baca 2 juz oleh PJ (Penanggung Jawab) OWOJ, ustadzah Gustinefa . Iyalah, ngaji deh. Ngaji di handphone, sedapat-dapatnya, sesempatnya. Kholas (tuntas) satu juz lapor ke PJ, lalu dipublish di WAG, ditandai (contreng) , kekadang dapat bonus emot permen dari PJ .

Alhamdulillah 7 pekan, berarti saya sudah baca 14 juz. Wow, seumur- baru kali ini sampai segitu banyak.

Meski motivasinya ikhlas, terpaksa atau apalah apalah, wallahualam, saya senang. Ntar lama-lama jika sudah terbiasa, maka ngaji ini akan terinternalisasi dalam diri, syukur-sukur jadi kebutuhan.

Cuma yang saya agak senewen, kawan-kawan saya kok cepat bener kholasnya. Saya ngajinya kayak siput, lama baru nyampe finish. 

Saya selalu senang dengan doa PJ.

"Barakallah, Bang Oce," begitu doa PJ setiap kali saya lapor kholas.

Hari ini, awal Januari 2021 saya sudah khatam kesekian kalinya. Saya lupa menghitung. Ah, andai saya tak pernah ikut grup reuni, mungkin saya telah lupa ayat-ayat Alquran.

Alhamdulillah, reunian kami berujung surga, insyaallah.


Tags

Posting Komentar

0Komentar

Bagaimana kisah Anda?

Bagaimana kisah Anda?

Posting Komentar (0)

Portal StatistikEditor : Oce E Satria

Artikel diterbitkan oleh NostaBlog . Semoga artikel ini bermanfaat. Silakan bagikan ke media sosial Anda atau mengutip dengan menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terimaksih sudah membaca. Simak artikel-artikel menarik lainnya

To Top