Kenangan Masa Kecil (28): Aku Cinta Indonesia (ACI)

0
Anita Rachman membacakan berita di acara Dunia dalam Berita TVRI

Ciloteh/ Oce E Satria


👣
Minggu, 5 Juli 1987
16.30 Mari Menggambar, Praktek Menggambar di Pentas
17.00 Berita Nusantara
17.30 Aneka Ria Anak-anak Nusantara, Produksi 9 Stasiun & SPK
18.20 Aneka Jenaka
18.35 FS “ACI”
19.00 Berita Nasional
19.15 Laporan Pembangunan, Tanaman Pangan
19.25 Ulasan TVRI
19.35 Mimbar Agama Kristen
20.00 Kuis Keluarga
20.30 Laporan Luar Negeri
21.00 Dunia Dalam Berita
21.30 FS “Remington Steele”, Diced Steele
22.25 Berita Terakhir
22.30 Dari Masa Ke Masa, Bers. Dian Mayasari, dll

Usai nonton Anita Rachman membaca berita, aku memutuskan tidur lebih cepat. Sementara Ferix masih asyik mendengarkan Iwan Fals dari minicompo hitam yang tergeletak di lantai kamar. Kaset itu baru saja ia beli setelah menabung cukup lama. Anak itu memang ngotot kalau menginginkan sesuatu. Seperti beli kaset Iwan. Dia mengoleksi banyak album penyanyi balada itu.
.....Hembusan angin malam waktu itu
Bawa lari ku dalam dekapanmu
Kau usap luka di sekujur tubuh ini
Sembunyilah-sembunyi ucapmu...
Nampak jelas rasa takut di wajahmu
Saat petugas datang mencariku....

Benar saja. Satu lagu di album Ethiopia mengalun memenuhi kamar yang sempit.
Mendengar pekikan Iwan yang mencabik malam itu seolah mengacaukan intro mimpi yang baru saja memulai tidurku. Mimpi batal. Aku bangkit dari dipan. Lalu menyulut sisa Djarum Super yang bertumpuk di asbak. Ikut menyanyikan lirik yang lumayan garang. Meski hanya dalam hati.
"Lah sampai dima?" seloroh Ondra yang sejak tadi asyik menulis. Ia menulis surat untuk pacarnya yang semlohay itu.
Ondra tidak terlalu mengidolakan Iwan Fals. Ia tak berbakat menjadi fans penyanyi. Aku belum pernah mendengar dia bersenandung. Dia lebih suka berdiskusi soal-soal filsafat dan politik. Orangnya memang tak begitu kekinian (tepatnya 'keduluan' kalau kita mengingatnya sekarang).
Tapi, meski begitu, dialah satu-satunya temanku nongkrongku yang sukses punya gebetan waktu SMP. Ondra punya pacar, perempuan semampai yang sangat cantik. Ia juga nekat dan selalu berhasil ngajak pacarnya raun-raun. Semacam ke.Bukittinggi. Sayangnya ia tak pernah mau menceritakan ngapain saja dia dan pacarnya di TKP. 🤣
Ia berani bertindak. Berani nembak. Beda dengan aku yang hanya sibuk dilamun ombak, eh angan-angan.
Etapi, walaupun begitu, beberapa kali aku ikut mengedit dan merevisi surat cintanya. Menurut Ondra, kalimat-kalimat gombalku lebih berkelas, nggak norak. Wkwkwk....bisa aja lu, Ndro.
"Mimpi sobok pajatu," jawabku sekenanya.
Ondra dan Ferixs tergelak.
Pubertas masa SMP, utamanya saat di kelas 3 adalah hal yang jamak saja saat itu. Kurasa di mana-mana sekolah, anak SMP memang sudah masuk fase berani pacaran. Selain tergoda kecantikan atau ketampanan teman, bisa juga tergoda oleh kawan yang sudah pacaran. Jadi kepengen pacaran juga.
Tapi aku gak akan mengulik soal pubertas zaman SMP itu. Aku ingin mereview lagi sinetron favoritku ACI alias Amir Cici Ito alias Aku Cinta Indonesia. Serial yang menceritakan kisah-kisah pelajar SMP Kota Kita ini enak ditonton.
Penulis ceritanya Arswendo Atmowiloto, penulis favoritku yang juga Pemred Majalah Hai.
Kisah ACI ini adalah tentang persahabatan beberapa pelajar di SMP Kota Kita dan berkisar seputar tanggung jawab, setia kawan, persahabatan, dan sportivitas. Pokoknya waktu nonton ACI kita berasa ingin melakukan hal-hal yang sama seperti yng dilakukan Amir.
Ada juga sih di ACI menyinggung pubertas, saat Cici mulai beranjak dewasa dan mulai ehmm....naksir teman. Kayaknya di naksir Amir deh.
Selain itu tokoh guru gak digambarkan norak macam di banyak sinetron sekarang. Tokoh guru di ACI digambarkan sebagai orang baik, terhormat, bukan orang aneh yang bahkan ikut menjadi bagian dari masalah. Tau kan kalau di sinetron sekarang gurunya justru dibuat bodoh dan konyol?
Konflik? ya sebagai kisah fiksi tentu ada dan jadi cantelan penting sebuah fiksi. Hanya saja di ACI konflik tidak dibuat mengada-ngada. Ada tokoh antagonis alias tokoh yang nyebelin di ACI ini: Wati yang judes.

Namun, berbeda dengan sinetron zaman kini, di mana tokohnya kalau bertengkar wajib melotot terus, tereak-tereak memaki. Di sinetron era 80an kita gak nemu hal-hal aneh dan konyol begitu. Berkelahi memang kadang-kadang ada. Namun Arswendo membuatnya wajar seperti yang terjadi di realitas keseharian para murid sekolah.
Sinetron-sinetron sewarna dengan ACI mungkin bisa disebut seperti Rumah Masa Depan yang super adem. Atau kisah-kisah kepahlawanan dan solidaritas yang kental pada Jendela Rumah Kita yang dilakoni Dede Yusuf dan Desy Ratnasari.
Jendela Rumah Kita menyoroti hal-hal aktual dalam masyarakat urban perkotaan. Tokohnya Jojo, seorang pemuda yang baru lulus SMA. Ia memiliki badan atletis, cerdas, juga tangkas, humoris. Sempurna sebagai remaja milenial. Jojo direpresentasikan Dede Yusuf yang memang jago taekwondo dan ganteng. Sekarang juga masih.
Di Jendela Rumah Kita juga ada Ninik yang dperankan Ully Artha, menantu yang genit. Ninik ini mau mengorbitkan Jojo jadi bintang iklan. Tapi, Jojo lebih memilih menjadi pahlawan sosial, ketimbang kapitalis hiburan. Idealis banget.

☕

"Untuk sukses, sikap sama pentingnya dengan kemampuan." - Walter Scott

Posting Komentar

0Komentar

Bagaimana kisah Anda?

Bagaimana kisah Anda?

Posting Komentar (0)

Portal StatistikEditor : Oce E Satria

Artikel diterbitkan oleh NostaBlog . Semoga artikel ini bermanfaat. Silakan bagikan ke media sosial Anda atau mengutip dengan menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terimaksih sudah membaca. Simak artikel-artikel menarik lainnya

To Top