Kenangan Masa Kecil (22) Mimpi Basah Pertama

0



Ciloteh/ Oce E Satria

".... pada telaga yang berdiam dari desau dedaun, 
kita tenggelamkan wajah yang basah. 
Engkau sembunyi di keluguan, 
aku meniupkan sepoi asmara. 

Pada telaga yang temaram, 
cinta terasa benar adanya...."

👣

PENDIDIKAN seks yang digembar-gemborkan orang-orang di zaman sekarang menurutku gak terlalu signifikan membantu melindungi anak-anak dari dampak buruk dari ketidaktahuan tentang seks. 

Seperti di Wikipedia kubaca bahwa, "pendidikan seksual bertujuan untuk mengajarkan mengenai organ kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, kehamilan, dan kontrasepsi yang dapat digunakan. Pendidikan seksual juga dapat mencegah terjadinya tindak kekerasan seksual, pemerkosaan, seks di luar nikah, dan juga pernikahan di usia dini. Selain itu, mengurangi dampak buruk dari penyerapan informasi yang tidak aman dan tidak akurat melalui internet."

Keterangan seperti itu bagiku terlalu menyeramkan. Seolah-olah jika anak tak mempelajari seluruh tetek bengek yang disebutkan itu, dunia mereka akan kiamat, hidup mereka akan centang perenang, dan masa depan suram karena momok hantu bernama ketidaktahuan. Coba, apa urgennya belajar soal alat kontrasepsi?

Aku tidak punya dalil untuk mengkritiknya. Tapi agak hati aku, hal itu terlalu lebay. Berapa banyak anak-anak zaman dulu, bahkan anak-anak era internet yang gak bersitungkin mempelajari pendidikan seks, toh hidup mereka aman-aman saja. 

Sebenarnya menurutku cukup disebut pendidikan kesehatan. Gak usah pake embel-embel seks. 

Bersama Bu Rafni, guru Pelajaran Kesehatan, atau Bu Afdhal, guru Agama kami di SMP, kami dulu diajarkan perihal kesehatah reproduksi. Bu Raf menerangkan betapa pentingnya kebersihan,  termasuk alat reproduksi.  Bu Afdal memberikan pencerahan tentang hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas yang bersumber dari ajaran agama. Itu sudah cukup. Gak perlu lebay kayak pakar-pakar yang menurutku terpengaruh berpikir cara barat,  cara liberalis.  

Seingatku mimpi basah pertamaku adalah di sekitar tahun-tahun 85-87. Jangan tanya bagaimana sensasi mimpi basah pertama yang dialami seorang bocah laki-laki ingusan? Tak ada. Mana pula aku bisa mendefinisikan sebuah peristiwa sebagai sebuah peristiwa sensasional atau bukan. Lagi pula hal itu gak patut diceritakan pada siapa pun. Teman sekalipun. Yang kami tahu, pengalaman itu hanya menjadi tanda saja bahwa kami sudah mulai beranjak dewasa. 

Aiiiihh....dewasa..... , kata itu terasa benar hebatnya. Wkwkwk...

Tapi gegara temanku Ondra yang menceritakan mimpi ajaibnya, aku jadi tergoda pula menceritakan. Ketika pada suatu malam kami ngobrol sambil belajar bersama.

"Aden pagi tadi mandi wajib," cerocos Ondra. "Mimpi den malam."

Aku kaget. Lalu buru-buru menutup buku.  "Jo sia? "

"Ndak lo tau den baa caritonyo.  Lah basah sajo mangko ka tau.  Makonyo den subuah langsuang ka mandi Aie Angek," ia menuturkan dengan lugunya.  

Belakangan (setelah punya pengalaman serupa)  aku paham bahwa,  yang disebut mimpi basah pertama itu bukanlah 
 mimpi mengalami peristiwa aneh-aneh.  Simpelnya: LAH BASAH SAJO MANGKO TAU. 
Jadi,  gak usah tanya,  kamu mimpi dengan siapa,  semalam berbuat apa.  Ga usah dikepoin.  🤣.

Tapi, saat tahu bahwa kami sudah mimpi basah,  secara otomatis muncul kesadaran bahwa kami harus mengubah sikap.  Aku berpikiran bahwa aku bukan lagi anak-anak. Bahwa aku harus mulai menata perilaku bak orang dewasa.  Harus berpaham,  berwibawa.  Ga boleh lagi kekanak-kanakan, dan seterusnya. 

Benar begitu?  Enggak.  
Yang ada,  aku dan juga teman-temanku tetap saja layaknya bocah yang kelakuannya begajulan,  badung,  dan culun.  Meski sudah mimpi basah.  

So,  mimpi basah itu gak ada hubungannya dengan kedewasaan.  Dewasa itu hanya terbentuk dari seluruh rangkaian peristiwa yang dialami,  dan tentu saja pengetahuan yang didapat dari buku dan belajar dari lingkungan.  

Pemahaman yang lebih concern soal yang beginian,  kemudian dipicu pula oleh apa yang kami lihat di sekolah.  Seorang temanku,  gadis manis berambut sebahu,  ternyata mengalami haid. Aku tahu saat diberitahu kawan-kawan.  Bagiku saat itu melihat anak perempuan menstruasi adalah sesuatu yang ajaib,  aneh,  dan membuatku penasaran.  

"Caliak tuh,  rok-nyo badarah, " itu info yang kuterima.  Dan memang benar,  si cantik tadi kulihat sibuk menutup rok belakangnya dengan buku saat jam istirahat.  O..oww.... 
Sejak itu kuperhatikan dia memang lebih dewasa dari teman-temannya.  Tapi aku gak yakin,  itu semata karena menstruasi.  Pasti lingkunganlah yang membentuk sikapnya.  Yeeekkaaaan...? 

Gara-gara mulai dapat pengetahuan baru soal permimpibasahan itu,  aku dan temanku suka "mendiskusikan" teman-teman lain,  khususnya anak cewek.   Kalau pas jam istirahat,  sambil nongkrong di satu pojok,  kami sibuk memperhatikan satu-satu teman perempuan.  Memperhatikan kalau-kalau ada perubahan tertentu pada tubuh mereka.  Jika ada yang sedikit berubah,  kami akan langsung memvonis: Dia sudah mens....!!!

Dan seperti biasa, bocah-bocah ingusan seperti kami akan sok-sok an menganalisa dengan pengetahuan takok-takok uwok,  info sepotong-sepotong,  atau mitos yang sempat kami dengar soal seks.  

"Kalau lah mimpi basah berarti nyo bisa punyo anak, " kata Ondra. 

Sesimpel itu dia mengerucutkan pengetahuannya pada sebuah kesimpulan.  

Entah iya entah tidak. 😀


 “Penemuan terbesar sepanjang masa adalah bahwa seseorang bisa mengubah masa depannya hanya dengan mengubah sikapnya saat ini.” - Oprah Winfrey


Posting Komentar

0Komentar

Bagaimana kisah Anda?

Bagaimana kisah Anda?

Posting Komentar (0)

Portal StatistikEditor : Oce E Satria

Artikel diterbitkan oleh NostaBlog . Semoga artikel ini bermanfaat. Silakan bagikan ke media sosial Anda atau mengutip dengan menyertakan link artikel ini sebagai sumbernya. Terimaksih sudah membaca. Simak artikel-artikel menarik lainnya

To Top