NostaBlog -- Sepeda diperkirakan masuk ke Hindia Belanda (Indonesia) pada awal abad 20. Kala itu sepeda hanya bisa dimiliki oleh para pejabat pemerintah, pengusaha dan kalangan bangsawan. Namun seiring perkembangan zaman, sepeda semakin merakyat dan diminati, ini mungkin lantaran harganya cukup terjangkau bila dibanding dengan jenis kendaraan lain (seperti mobil dan sepeda motor).
Dalam sebuah artikel yang berjudul "De Onderafdeeling Barabai" karya G. L. Tichelman yang dipublikasikan tahun 1931, Tichelman menulis tentang perkembangan pesat jumlah sepeda dalam kurun waktu 15 tahun di kota Barabai :
1913 | 75 sepeda
1919 | 1010 sepeda
1922 | 1284 sepeda
1925 | 3820 sepeda
1928 | 5091 sepeda.
Seiring dengan bertambahnya populasi sepeda saat itu, maka pemerintah kolonial mengeluarkan beberapa peraturan bersepeda, salah satu di antaranya adalah dilarang menaiki/mengayuh sepeda ditengah kerumunan orang seperti di kawasan pasar. Pelanggarnya akan dikenakan denda hingga pidana. Namun peraturan ini ada pengecualian bagi Veld Politie (polisi lapangan) yang sedang bertugas/berpatroli.
Pada tahun 1933 pemerintah Hindia Belanda menerbitkan Staatsblaad (lembaran negara) No. 68 tentang "WEGVERKEERS ORDONANNTIE" atau Undang-Undang Lalu Lintas Jalan.
Dalam lembaran undang-undang itu disebutkan bahwa, sebagian di antaranya :
1. Sepeda wajib berjalan di lajur kiri jalan, di samping kanan pejalan kaki dan gerobak pedati dan sekali-kali tidak diperbolehkan melewati di tengah-tengah jalan.
2. Sepeda wajib mempunyai rem serta lampu di bagian depan dan reflektor (alat pemantul cahaya) di bagian belakang.
3. Pesepeda wajib memberi isyarat tangan ketika mau belok, melambat dan berhenti.
Caranya :
-- Mengangkat tangan ke arah kiri atau kanan ketika mau belok.
-- Menggerakkan tangan ke atas ke bawah ketika mau melambat.
-- Mengacungkan tangan ke atas lurus-lurus ketika mau berhenti.
"De Onderafdeeling Barabai" sekarang menjadi kabupaten Hulu Sungai Tengah di Kalimantan Selatan, nama ibukotanya Barabai.
Sumber :
“Sebelum apapun, persiapan adalah kunci menuju kesuksesan." - Alexander Graham Bell
Bagaimana kisah Anda?
Bagaimana kisah Anda?